Tuesday, August 25, 2009

Help! - chapter one

Hari ini adalah ke-1414 kalinya aku memasuki bangunan megah yang sudah terlihat agak tua ini. Menyeret paksa nurani diimbangi dengan ketidakrasionalan otak untuk tetap atau bisa disebut ‘pura-pura’ tegar.
Aku berjalan di koridor demi koridor bangunan tua itu. Akhirnya aku sampai di depan pintu yang kalau tidak salah bertuliskan ‘Dr. Bardja’.
Karena selama ini tulisan itu sering berubah-ubah menurut pengelihatanku yang ‘luar biasa’ ini. Memang tidak normal, tapi.. Ah sudahlah!

“Halo, Hana! Bagaimana kabarmu?” seorang lelaki paruh baya yang sedang menulis di meja kerjanya menyapaku hangat.
“Hmm.. Well yeah.. I’m good..” jawabku berbohong.
“Kamu, kalo udah bohong pasti tangannya ga bisa diem deh..”
Ketahuan, kenapa sih tiap kali berbohong tanganku harus bergerak-gerak ga normal begini!
“Yah.. Sebenernya saya merasa makin ngga baik, Dok..” jelasku akhirnya.
“Ayo duduk, kamu jangan pesimis dong.. Kamu pasti bisa, ayo sekarang bacakan dongeng terbaru ini untuk saya..” ujar Dr. Hardja (nama yang sebenarnya).
“Mm.. Baik..” aku segera mengambil buku dari tangannya dan segera membuka halaman pertama buku itu.
“Suatu hari.. Bbbermnadangan pp..pdi.. bbesa itu tidda..tiddak menunjukkan sep.. seddang.. Huueeeeeeek!” aku berlari ke arah wastafel yang tidak jauh dari tempatku duduk. “Uhuuk! Uhuuk!” aku beberapa kali terbatuk.
“Sudah ndak opo-opo toh, ndok..” Dr. Hardja menggiringku kembali ke tempat dudukku.
“See.. Saya itu udah ga bisa sembuh.. Udahlah..”




To be continued

0 comments:

Post a Comment

 
Header image by Flóra @ Flickr