Tuesday, December 27, 2011

Terimakasih, Coach.

Mereka adalah abang untukku, mereka adalah tempatku bercerita selagi aku terpaut jarak dengan orangtuaku.
Mereka tempatku berkeluh kesah ketika aku merasa tidak bisa melakukan apa yang mereka inginkan.
Mereka bukan pelatih sungguhan, namun aku selalu mendapatkan pelajaran dari setiap cacian mereka terhadap permainan burukku.
Aku selalu mengeluh, aku tidak bisa menjadi pemimpin yang baik di lapangan.
Mereka sekali lagi menepuk pundakku hangat, dan tersenyum. Lalu mengatakan, aku pasti bisa.

Aku menghadapi masa-masa sulita cedera ankle pertama kaliku bersama mereka, sebelum sebuah turnamen yang sudah aku tunggu semenjak setahun yang lalu.
12 hari turnamen itu dimulai, aku malah mendapatkan yang tidak seharusnya aku dapatkan.
Mereka bersikeras untuk tidak menurunkan aku dalam turnamen itu, aku pun marah.
Aku bertengkar, berdebat, dan menangis ketika mereka tetap kukuh dengan pendiriannya.
Aku berpikir bahwa mereka sungguh tidak memikirkan mimpiku.

Meleset! Semua pikiranku meleset! Mereka ternyata sangat sayang denganku.
Mereka masih menginginkanku untuk sembuh dan bisa bermain untuk turnamen yang lain, namun aku malah berpikir sebaliknya.
Maaf, aku.. Terlalu egois.
Akhirnya, dalam 12 hari aku bisa sembuh berkat keyakinanku dan tekadku untuk menunjukkan pada kalian semua bahwa aku bisa.

Sekarang, kalian semua sudah angkat kaki dari keluarga kecil ini. Walaupun angkat kaki bukan dalam arti yang sebenarnya.
Kami merasa kehilangan, namun itu adalah jalan terbaik untuk menempuh masa depan kalian.
Terimakasih, aku sayang kalian.

Thursday, July 21, 2011

Biarkan Dedaunan itu Tertiup Hingga Menyentuh Ujung Kakiku

Dikala ini aku sedang menikmati waktu untuk mengamati sesuatu, jalanan di depanku ini sangat lenggang.
Tanpa ada kerikil-kerikil tajam di atasnya.
Aku menghirup nafas dalam-dalam, merasakan hembusan angin sore ini yang sempat membawa anganku terbang.
Berbagai pemandangan aku perhatikan satu per satu, mulai dari orang yang sedang menyapu membersihkan daun-daun yang bertebaran di depan rumahnya hingga seorang pemulung yang membawa beban yang terlihat berat di pundaknya.

Apa masa depan akan terlihat lenggang seperti ini? Tidak ada kerikil-kerikil tajam, atau jalanan ini hanya merupakan sebuah angan?
Aku pun tidak dapat memastikan bagaimana masa depan itu, yang aku tahu masa depan itu beragam.
Sempat terpikir, seperti apa aku nanti?

Apakah aku akan menjadi seorang penyanyi seperti mimpiku? Atau aku akan menjadi seorang lawyer atas pendidikanku? Atau aku....
Biarkan Dedaunan itu Tertiup hingga Menyentuh jung Kakiku, agar aku tersadar realita hidup ini masih sedemikian panjangnya.
Selamat berjuang!

tiaratirka

Sunday, March 13, 2011

Berita dari Madrid untuk Ayah, Milanisti, dan Tirka

Minggu siang, gue bersiap untuk pergi ke tempat cuci mobil. Waktu itu,Ayah tiba-tiba bbm gue dan membawa berita dari Madrid, Spanyol. "Milan sedang nego sama Madrid dan Kaka, Kaka ngga mau pindah ke klub selain Milan. Soal harga, Kaka dilepas murah. Tinggal Milan mau ambil atau engga.." tulis ayah. DEG! Entah harus senang atau sedih?

Kalau Kaka pindah ke Milan, gue sangat senang. Tapi kalo tiba-tiba Milan tidak sanggup membayar Kaka untuk diboyong kembali ke Milan? Sedih, bukan? Gue hanya berharap yang terbaik untuk Kaka dan masa depan keduanya, Milan dan Kaka. Yang gue tau, hati Kaka hanya untuk Milan dan Sao Paolo (klub yang mendidiknya ketika masih muda). Tolong jangan paksa Kaka untuk memilih tempat dimana hatinya tidak berada.





Masih ingin lihat Kaka bersedih dan kecewa seperti gambar diatas? Hatinya masih untuk Milan, dia ingin merayakan keberhasilan Milan waktu itu. Tapi tidak ada yang bisa dia perbuat selain ikut senang dengan ekspresinya yang sedih. Ayolah Berlusconi! Uang-mu banyak, kekuasaan-mu hebat, hanya membawa Kaka kembali saja kamu tidak bisa? Kapan kamu mendengarkan aspirasi dari 'rakyat' Milan? Jangan EGOIS!

Ah, hampir lupa. Untuk seseorang yang berpindah hati untuk Madrid setelah Kaka pindah, gue sangat memohon kepada lo untuk tidak mendukung Milan lagi. Karena lo hanya mendukung Kaka sebenarnya, bukan medukung Milan. Ataupun mendukung keduanya. LO NGGA PANTES BUAT MILAN!

Pada akhirnya gue akan tetap berkata, gue masih berharap dan percaya bahwa Kaka akan kembali ke 'rumah keduanya', Milan.

tiaratirka
12.10 PM
 
Header image by Flóra @ Flickr